Soekarno
pernah berkata “Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan
Dunia”. Nah kalau melihat fenomena saat
ini akankah masih relevan dengan ungkapan Persiden pertama kita? Tentu akan
menjadi tanda tanya bagi kita. Jawabannya bisa ya dan bisa juga tidak,
tergantung
pada karakter pemuda saat ini.
Ada juga
ungkapan yang mengatakan “Jika ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, maka
hancurkan ingatan (sejarah) pemudanya”. Nah bisa kita simpulkan bahwa masa
depan peradaban suatu bangsa akan sangat bergantung pada para pemudanya.
Siapakah
pemuda yang dimaksud? kalau merujuk pada Undang-Undang tentang batasan umur
pemuda maka yang dikatakan pemuda adalah mereka yang berumur rentang 15-30
tahun. Jadi kita yang telah memasuki umur tersebut, maka kitalah pemuda yang
dimaksud. Pemuda yang dimana masa depan peradaban bangsa Indonesia berada pada
pundaknya. Jadi apa yang telah kita miliki dan apa yang telah kita berikan
sebagai sumbangsih kita untuk membangun peradaban bangsa ini?
Ada sebuah
cerita tentang rencana sebuah kerajaan yang ingin menaklukan kerajaan lain.
Diceritakan melihat sebuah kerajaan yang memiliki sumber daya alam yang
berlimpah membuat kerajaan lain menjadi iri dan terbersit keinginan sang Raja
untuk menguasai kerajaan tersebut. Sang perdana menteri mengusulkan kepada sang
Raja untuk segera menurunkan bala tentara untuk berperang mengalahkan kerajaan
tersebut. Tetapi Sang Raja belum mau melakukan gencatan senjata karena ingin
mengetahui terlebih dahulu bagaimana akhlak para pemuda kerajaan tersebut.
Sang Raja
kemudian mengutus mata-mata untuk mencari tau tentang kekuatan para pemuda kerajaan
yang ingin ditaklukkannya. Mata-mata pun melaksanakan tugasnya, saat tiba
dikerajaan yang ingin ditaklukkan didapatinya seorang anak menangis. Mata-mata
pun menghampiri sang anak dan bertanya : “Wahai anak kecil, mengapa kau
menangis seorang diri?”, sang anak menjawab : “ Wahai paman, aku menangis
karena aku tidak berani untuk pergi belajar, aku malu, aku takut. Aku telah
lalai melaksanakan tugasku”. Kemudian mata-mata tadi kembali bertanya : “Tugas
apa yang telah kau lalaikan wahai anak kecil?”, sambil menangis tersedu sang
anak kecil pun menjawab dengan terbata-bata : “Aku telah lalai menghafal
beberapa ayat Al-Qur’an yang menjadi tugasku”. Mendengar hal ini mata-mata lalu
kembali ke kerajaannya dan menceritakan apa yang telah dia dapatkan. Mendengar
cerita dari mata-mata, Sang Raja berkata : “ Sekarang belum waktunya kita untuk
menyerang, seorang anak kecil saja takut dan malu karena tidak dapat mengahafal
kitab sucinya apalagi para pemudanya. Tentu kerajaan itu memiliki pemuda-pemuda
yang sangat tangguh”.
Singkat
cerita Sang raja mengirim utusan kepada kerajaan yang menjadi target
penaklukkannya untuk menawarkan kerjasama antar kerajaan, dengan iming-iming
memberikan bantuan yang tentunya akan saling menguntungkan kedua belah pihak akhirnya
kerjasama ini pun terlaksana. Dalam kerjasama yang dilakukan terselubung misi
licik untuk merusak moral para pemudanya. Setelah selang beberapa tahun misi
dilaksanakan, dimintalah mata-mata untuk mengecek kembali tentang pemudanya.
Disebuah jalan didapatilah seorang pemuda yang tengah menangis dan meratapi
nasibnya, bertanyalah mata-mata kepada sang pemuda : “Wahai pemuda, mengapa
engkau menangis ditengah gelap malam?” Tanpa malu pemuda menjawab : “Wahai
paman, bagaimana aku tak sedih melihat kekasih yang aku cintai telah
mengkhianatiku dan menikah dengan pemuda pilihan orang tuanya”. Sahdan mata-mata pun segera bergegas dan kembali
menghadap sang raja serta menceritakan informasi yang telah dia dapatkan. Kemudian
sang raja berkata : ”Sekarang adalah saatnya kita menyerang dan merebut kerjaan
tersebut”. Singkat cerita terjadilah peperangan dan kerjaan yang menjadi target
telah berhasil ditaklukkan.
Cerita
tersebut mengajarkan kita bahwa kerusakan moral para pemudanya, akan menjadi
awal hancurnya suatu bangsa. Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama
sebagai para pemuda. Layaknya cerita tadi tentu kita tidak mau bangsa kita
menjadi kerajaan yang berhasil ditaklukkan tadi, dikarenakan rusaknya moral
para pemudanya. Seperti halnya hari valentin, ini bukan merupakan budaya bangsa
kita. Hari yang identik dengan coklat dan warna pink ini boleh jadi merupakan
misi terselubung untuk merusak moral kita sebagai para pemuda, hingga akhirnya
nanti bangsa kita akan dengan mudah untuk dikuasai bangsa asing dan ini telah
mulai terlihat sekarang. Hari valentin akan membatasi kita, hanya untuk
menyampaikan rasa cinta kita kepada lawan jenis yang boleh jadi bukan merupakan
pasangan yang halal. Banyak waktu yang akan terbuang hanya untuk berpacaran,
alangkah indah jika waktu muda yang kita miliki bisa kita isi untuk menambah
wawasan dan keterampilan kita untuk memajukan bangsa ini. Untuk mengubah bangsa
ini untuk menjadi bangsa yang memiliki peradaban tinggi tentulah harus dimulai
dari diri sendiri dengan membina diri untuk menjadi pribadi-pribadi yang
mempunyai karakter yang unggul.