Minggu, 12 Februari 2017

Pemuda dan Hari Valentin


Soekarno pernah berkata “Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan Dunia”.  Nah kalau melihat fenomena saat ini akankah masih relevan dengan ungkapan Persiden pertama kita? Tentu akan menjadi tanda tanya bagi kita. Jawabannya bisa ya dan bisa juga tidak, tergantung
pada karakter pemuda saat ini.
Ada juga ungkapan yang mengatakan “Jika ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, maka hancurkan ingatan (sejarah) pemudanya”. Nah bisa kita simpulkan bahwa masa depan peradaban suatu bangsa akan sangat bergantung pada para pemudanya.
Siapakah pemuda yang dimaksud? kalau merujuk pada Undang-Undang tentang batasan umur pemuda maka yang dikatakan pemuda adalah mereka yang berumur rentang 15-30 tahun. Jadi kita yang telah memasuki umur tersebut, maka kitalah pemuda yang dimaksud. Pemuda yang dimana masa depan peradaban bangsa Indonesia berada pada pundaknya. Jadi apa yang telah kita miliki dan apa yang telah kita berikan sebagai sumbangsih kita untuk membangun peradaban bangsa ini?
Ada sebuah cerita tentang rencana sebuah kerajaan yang ingin menaklukan kerajaan lain. Diceritakan melihat sebuah kerajaan yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah membuat kerajaan lain menjadi iri dan terbersit keinginan sang Raja untuk menguasai kerajaan tersebut. Sang perdana menteri mengusulkan kepada sang Raja untuk segera menurunkan bala tentara untuk berperang mengalahkan kerajaan tersebut. Tetapi Sang Raja belum mau melakukan gencatan senjata karena ingin mengetahui terlebih dahulu bagaimana akhlak para pemuda kerajaan tersebut.
Sang Raja kemudian mengutus mata-mata untuk mencari tau tentang kekuatan para pemuda kerajaan yang ingin ditaklukkannya. Mata-mata pun melaksanakan tugasnya, saat tiba dikerajaan yang ingin ditaklukkan didapatinya seorang anak menangis. Mata-mata pun menghampiri sang anak dan bertanya : “Wahai anak kecil, mengapa kau menangis seorang diri?”, sang anak menjawab : “ Wahai paman, aku menangis karena aku tidak berani untuk pergi belajar, aku malu, aku takut. Aku telah lalai melaksanakan tugasku”. Kemudian mata-mata tadi kembali bertanya : “Tugas apa yang telah kau lalaikan wahai anak kecil?”, sambil menangis tersedu sang anak kecil pun menjawab dengan terbata-bata : “Aku telah lalai menghafal beberapa ayat Al-Qur’an yang menjadi tugasku”. Mendengar hal ini mata-mata lalu kembali ke kerajaannya dan menceritakan apa yang telah dia dapatkan. Mendengar cerita dari mata-mata, Sang Raja berkata : “ Sekarang belum waktunya kita untuk menyerang, seorang anak kecil saja takut dan malu karena tidak dapat mengahafal kitab sucinya apalagi para pemudanya. Tentu kerajaan itu memiliki pemuda-pemuda yang sangat tangguh”.
Singkat cerita Sang raja mengirim utusan kepada kerajaan yang menjadi target penaklukkannya untuk menawarkan kerjasama antar kerajaan, dengan iming-iming memberikan bantuan yang tentunya akan saling menguntungkan kedua belah pihak akhirnya kerjasama ini pun terlaksana. Dalam kerjasama yang dilakukan terselubung misi licik untuk merusak moral para pemudanya. Setelah selang beberapa tahun misi dilaksanakan, dimintalah mata-mata untuk mengecek kembali tentang pemudanya. Disebuah jalan didapatilah seorang pemuda yang tengah menangis dan meratapi nasibnya, bertanyalah mata-mata kepada sang pemuda : “Wahai pemuda, mengapa engkau menangis ditengah gelap malam?” Tanpa malu pemuda menjawab : “Wahai paman, bagaimana aku tak sedih melihat kekasih yang aku cintai telah mengkhianatiku dan menikah dengan pemuda pilihan orang tuanya”.  Sahdan mata-mata pun segera bergegas dan kembali menghadap sang raja serta menceritakan informasi yang telah dia dapatkan. Kemudian sang raja berkata : ”Sekarang adalah saatnya kita menyerang dan merebut kerjaan tersebut”. Singkat cerita terjadilah peperangan dan kerjaan yang menjadi target telah berhasil ditaklukkan.
Cerita tersebut mengajarkan kita bahwa kerusakan moral para pemudanya, akan menjadi awal hancurnya suatu bangsa. Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama sebagai para pemuda. Layaknya cerita tadi tentu kita tidak mau bangsa kita menjadi kerajaan yang berhasil ditaklukkan tadi, dikarenakan rusaknya moral para pemudanya. Seperti halnya hari valentin, ini bukan merupakan budaya bangsa kita. Hari yang identik dengan coklat dan warna pink ini boleh jadi merupakan misi terselubung untuk merusak moral kita sebagai para pemuda, hingga akhirnya nanti bangsa kita akan dengan mudah untuk dikuasai bangsa asing dan ini telah mulai terlihat sekarang. Hari valentin akan membatasi kita, hanya untuk menyampaikan rasa cinta kita kepada lawan jenis yang boleh jadi bukan merupakan pasangan yang halal. Banyak waktu yang akan terbuang hanya untuk berpacaran, alangkah indah jika waktu muda yang kita miliki bisa kita isi untuk menambah wawasan dan keterampilan kita untuk memajukan bangsa ini. Untuk mengubah bangsa ini untuk menjadi bangsa yang memiliki peradaban tinggi tentulah harus dimulai dari diri sendiri dengan membina diri untuk menjadi pribadi-pribadi yang mempunyai karakter yang unggul.